SIKAP
MOTIVASI DAN MAWAS DIRI
Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri,
atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku.
Menurut Thomas (1918) dan Znanieck (1974), sikap
adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan,
serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu. Konsep sikap sebenarnya
pertama kali diangkat ke dalam bahasan ilmu sosial pertama kali oleh Thomas,
sosiolog yang banyak menelaah kehidupan dan perubahan sosial, yang menulis buku
Polish Peasant in Europe and America: Monograph of an Immigrant Group yang
merupakan hasil riset yang dilakukannya bersama Znanieck. Dalam buku tersebut,
Thomas dan Znaniecki membahas informasi sosiologi dari kedua sudut individualistik
dan subjektivistik. Menurut pandangan mereka dua hal yang harus diperhitungkan
pada saat membahas kehidupan dan perubahan sosial adalah sikap individu dan
budaya objektif (objective cultural).
1.
KOMPONEN SIKAP
Komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude) yaitu :
-
Kognitif (cognitive) : berisi kepercayaan
seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap.
Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang
mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
-
Afektif (affective) : menyangkut masalah emosional
subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini
disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
-
Konatif (conative) : komponen konatif atau
komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
obyek sikap yang dihadapi.
2.
KARAKTERISTIK SIKAP
Sikap memiliki beberapa karakteristik, antara
lain: arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitas (Assael, 1984 dan
Hawkins dkk, 1986). Karakteristik dan arah menunjukkan bahwa sikap dapat
mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu, mendukung atau menolak
terhadap objek sikap. Karakteristik intensitas menunjukkan bahwa sikap memiliki
derajat kekuatan yang pada setiap individu bisa berbeda tingkatannya.
Karakteristik keluasan sikap menunjuk pada cakupan luas mana kesiapan individu
dalam merespon atau menyatakan sikapnya secara spontan. Dari definisi-definisi
yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk
evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan
hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling
bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
3.
PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi didefinisikan sebagai keadaan dalam diri
individu yang menyebabkan mereka berperilaku dengan cara yang menjamin
tercapainya suatu tujuan. Motivas menerangkan mengapa orang-orang berperilaku
seperti yang mereka lakukan. Semakin wirausahawan mengerti perilaku anggota
organisasi. semakin mampu mereka mempengaruhi perilaku tersebut dan membuatnya
lebih konsisten dengan pencapaian tujuan organisasional. Karena produktivitas
danlam semua organisasi adalah hasil dari perilaku anggota organisasi,
mempengaruhi perilaku ini adalah kunci bagi wirausahawan untuk meningkatkan
produktivitas.
4.
KOMPONEN MOTIVASI
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu :
-
Kebutuhan : kebutuhan terjadi bila individu merasa
ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Moslow
membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan yakni a) kebutuhan fisiologis, b)
kebutuhan akan rasa aman, c) kebutuhan sosial, d) kebutuhan akan penghargaan
diri, dan e) kebutuhan aktualisasi.
-
Dorongan : kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
-
Tujuan : hal yang ingin dicapai oleh seorang
individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku, dalam hal ini perilaku belajar.
Kekuatan mental atau kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan
dikembangkan. Interaksi kekuatan mental dan pengaruh dari luar ditentukan oleh
responden prakarsa pribadi pelaku.
5.
MODEL MOTIVASI
Berbagai model yang menguraikan bagaimana motivasi
terjadi telah dikembangkan, 3 model tersebut adalah :
-
Model Kebutuhan-Tujuan : model motivasi dan tujuan
dimulai dengan perasaan kebutuhan individu. Kebutuhan ini kemudian
ditransformasi menjadi perilaku yang diarahkan untuk mendukung pelaksanaan
perilaku tujuan. Tujuan dari perilaku tujuan adalah untuk mengurangi kebutuhan
yang dirasakan. Secara teoritis, perilaku mendukung tujuan dan perilaku tujuan
berkelanjutan sampai kebutuhan yang dirasakan telah sangat berkurang.
-
Model Ekspektasi Vroom : pada kenyataannya, proses
motivasi adalah situasi lebih rumit dibandingkan yang digambarkan oleh model
motivasi kebutuhan-tujuan. Model ekspektasi Vroom mengatasi beberapa kerumitan
tambahan. Seperti halnya dengan model kebutuhan-tujuan, model ekspektasi Vroom
didasarkan pada premis bahwa kebutuhan yang dirasakan menyebabkan perilaku
kemanusian. Akan tetapi, disamping itu model ekspektasi Vroom mengungkapkan isu
kekuatan motivasi. Kekuatan motivasi adalah tingkatan keinginan individu untuk
menjalankan suatu perilaku. Ketika keinginan meningkat atau menurun, kekuatan
motivasi dikatakan berfluktuasi.
-
Model Porter-Lawler : Porter dan Lawler telah
mengembangkan suatu model motivasi yang menggambarkan uraian proses motivasi
yang lebih lengkap dibandingkan model kebutuhan-tujuan atau model ekspektasi
Vroom. Model motivasi Porter-Lawler ini konsisten dengan dua model sebelumnya dimana
model ini menerima premis bahwa (1) kebutuhan yang dirasakan akan menyebabkan
perilaku kemanusiaan; dan (2) usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tugas
ditentukan oleh nilai balas jasa yang dirasakan yang dihasilkan dari suatu
tugas dan probabilitas bahwa balas jasa tersebut akan menjadi nyata.
6.
MAWAS DIRI
Mawas diri menurut kamus Beasar Bahasa indonesia,
edisi kedua, balai pustaka 1993, ialah melihat(memeriksa dan mengoreksi) diri
sendiri secara jujur,instropeksi, kita harus mawas diri agar kita janagan
membuat kesalahan yang sama. Mawas diri menurut Marbangun Hardjowirogo ialah
meninjau ke dalam, hati nurani kita guna mengetahui benar tidaknya, suatu
tindakan yang telah di ambil secara teknis psikiologis usaha tersebut dapat
dinamakan juga instropeksi yang pada dasarnya ialah pencarian tanggung jawab ke
hati nurani mengenai suatu perbuatan. orang jawa sering berbicara tentang mawas
diri dan berusaha pula untuk mempraktikkannya guna mendapatkan jawaban atas
persoalan yang di hadapinya yakni apakah suatu perbuatan yang di lakukannya,
suatu tindakan yang di ambilnya secara moral dapat di benarkan dan dapat di
pertanggungjawabkan. adapun jawaban yang di cari adalah menelaah hati nurani dalam
hubungan denagan ”mawas diri” ini , maka pernahkah kita berfikir tentang
manfaat dan nilai sebuah cermin? kata dasar ”cermin’ menurut kamus besarbahasa
indonesia. Mawas Diri adalah suatu yang menjadi teladan atau pelajaran juga
sebagai suatu yang membayangkan perasaan yaitu isi hati dan keadaan batin.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar